Friday, March 21, 2008

Pesimis Optimis

Pesimis optimis

Heraklitos berpendapat radikal “Ayah dari segala ada ialah perselisihan”. Berkat perselisihan atau konflik ada sesuatu yang terjadi (dikutip dari Wastu Citra karangan Y.B. Mangunwijaya yang mana Romo Mangun pun mengutip entah dari siapa). Tentu tidak harus kita menelan dengan mentah filosofi ini. Yang Phytagoras, Empedokles, Homeros, Demokritos, Sokrates, Aristoteles saling berebut mengeluarkan pendapat. Toh semua dianggap benar – benar saja. Seperti pesimis dan optimis. Perselisihan. Dua kutub dengan pengertian tak serupa. Kalangan tua yang sudah porak – poranda sehingga menimbulkan pesimisme di kalangan muda dan tidak lupa kalangan tua pun. Dengan busa melimpah berbicara kebobrokan dan kepasrahan. Tidak peduli lagi karena sebentar lagi mati. Begitu tolol.
Apa kita harus ikut pesimis? Begitu tolol. Tidak akan bangkit. Kita boleh mendengarkan dongeng – dongeng buruk dari mereka, media, mulut ke mulut, selebaran tapi apa kita harus menjadi pesimis? Patah arang? Atau bahkan tak mau tahu? Hanya menjalani hidup dan kemudian mati? Mungkin Marx dan Engels akan tertawa. Karena obyek mereka manusia. Bukan ide absolut. Sang Maha pun mewajibkan kita berusaha atau Dia tak akan merubah.
Apa kita juga harus optimis? Begitu tolol. Dengan bangga mendobrak tembok bata. Yang sudah tahu itu keras. Berujung pada rasa sakit. Optimis bagian dari doa, pendapat seorang sahabat. Apa semua doa dapat terkabul? Tidak tahu. Bukan hak kita membahas sesuatu yang transenden. Apa doa suatu optimis? Bukan suatu harapan? Gandhi pernah berkata ”Tuhan tidak beragama”. Tentu Dia tidak membutuhkan doa. Tiap umat beragama pasti membumbu doa. Meminta sesuatu yang tak dapat dicapainya. Paling tidak kita termotivasi. Tapi apa harus?
Apa kita harus berdamai dengan setan? Memakai ciri keberadaan mereka. Dimana jin muslim yang berdialog dengan Muhammad Isa Dawud menjelaskan setan berada di antara yang dingin dan yang panas. Pertemuan air hangat dan air dingan. Gelap terang. Pesimis optimis. Mungkinkah kita bisa duduk bersama dengan setan? Diantara pesimis dan optimis. Entah berbentuk pengertian apa. Netral barangkali.
Apa kita harus berada diantara pesimis dan optimis? Begitu tolol. Terstatiskan tidak bisa bergerak. Diam. Lumpuh total dimana tidak bisa memilih antara menggelepar mati atau hidup abadi. Mati segan hidup tak mau? Sedap memang. Dimana kita menjalankan roda hidup tanpa terasuki oleh apa – apa. Lurus bergaris sampai kemudian berhenti. Pertanda mati. Cuma setan yang bergerak. Kita dimakani setan sampai habis.
Atau kita lebih baik berdamai dengan ketiganya? Laksana brahma, wishnu, dan syiwa. Tritunggal yang harus terus bersama untuk menjalankan roda kehidupan. Dialektika. Awal kita kecewa dengan segala apa yang kita lihat. Berpuas diri dengan derita Tetapi kemudian terus mencari apa itu arti. Dan bangkit untuk terus mengejar walau tak pasti. Hanya bermodal harapan yang membuat kita lebih nyaman dan lega. Tenang. Apabila benar kita berbahagia apabila salah kita hanya bisa pasrah dan berserah. Apa itu arti dari doa?
Silahkan memilih. Begitu tololnya.

No comments: